Tuesday, May 20, 2014

Laporan Pengembangan Diri GURU

LAPORAN MENGIKUTI KEGIATAN TRAINING WORKSHOP ON INNOVATIVE TEACHING & LEARNING OF SCIENCE THROUGH INQUIRY-BASED SCIENCE EDUCATION (IBSE) FOR SCIENCE EDUCATORS FROM ASIA – PACIFIC REGION
Pelaksana:

 International Science, Technology & Innovation Centre (ISTIC) for South-South Cooperation under the Auspices of UNESCO
 The South East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for QITEP in Science
Didukung oleh
• La Main à la Pâte Foundation, Prancis
• UNESCO Regional Science Bureau for Asia and the Pacific, Jakarta
• Australian Academy of Technology Sciences and Engineering (ATSE), Australia
21 – 26 Oktober 2013 Marbella Suites Hotel, Dago Pakar Bandung, Jawa Barat
Dibuat oleh MUJAHIDIN AGUS, S.Pd.,M.Si.,M.Pd.
NIP. 19690817 200012 1 005
SMAN 01 UNGGULAN KAMANRE, LUWU 2013
LAPORAN MENGIKUTI KEGIATAN:
TRAINING WORKSHOP ON INNOVATIVE TEACHING & LEARNING OF SCIENCE THROUGH INQUIRY-BASED SCIENCE EDUCATION (IBSE) FOR SCIENCE EDUCATORS FROM ASIA – PACIFIC REGION
1. Waktu Pelaksanaan dan Penyelenggara Kegiatan
Pelatihan ini dilaksanakan selama enam hari di Bandung, sejak tanggal 21 sampai 26 Oktober 2013. Pelatihan ini diselenggarakan atas kerja sama antara International Science, Technology & Innovation Centre (ISTIC) for South-South Cooperation under the Auspices of UNESCO (www.istic-unesco.org) dengan The South East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for QITEP in Science (www.qitepscience.org). Di samping itu, kegiatan tersebut juga didukung oleh La main à la pâte Foundation dari Prancis (www.lamap.fr), UNESCO Regional Science Bureau for Asia and the Pacific, Jakarta, dan Australian Academy of Technology Sciences and Engineering (ATSE) dari Australia (www.atse.org.au).
2. Jenis Kegiatan
Kegiatan ini adalah pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan yang terlibat dalam pendidikan sains. Pesertanya berasal dari sepuluh negara se-Asia – Pasifik, baik guru, dosen, maupun staf lembaga penelitian dan perguruan tinggi serta pemangku kebijakan sektor pendidikan. Oleh karena dilatih dan diikuti oleh berbagai negara, maka tentu saja semua penyampaian materi, praktik, diskusi, dan kegiatan lainnya dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Saya bersyukur memiliki sedikit kecakapan dalam berkomunikasi dalam bahasa Inggris (skor ITP TOEFL 533 yang diambil di AMINEF Jakarta atas biaya program ILEP - AMINEF).
3. Tujuan Kegiatan
Tujuan pelatihan yang ditetapkan oleh penyelenggara adalah pada akhir pelatihan, para peserta harus mampu:
a. Mengenali filosofi dan sepuluh prinsip La main à la pâte dalam pembelajaran sains.
b. Memeroleh pengalaman dalam proses belajar mengajar melalui IBSE melalui berbagai pengalaman pembelajaran yang diterapkan oleh La main à la pâte.
c. Memeroleh pengalaman dari keterlibatan dalam kegiatan yang dapat meningkatkan dan memotivasi siswa untuk belajar sains melalui Proyek STERL yang diterapkan oleh ATSE.
d. Mengembangkan rencana kegiatan dalam menyebarluaskan pengalaman La main à la pâte kepada rekan sejawat di negara masing-masing peserta.
e. Merumuskan peran pelatih dan nara sumber dalam menerapkan La main à la pâte di negara masing-masing peserta.
4. Uraian Materi Pengembangan Diri
Materi pelatihan yang disajikan oleh para pelatih secara garis besarnya meliputi sejumlah materi mata pelajaran sains, seperti fisika, biologi, kimia, dan ilmu Bumi dan antariksa. Secara singkat, materi pelatihan yang diikuti sesuai urutan waktu penyajiannya adalah sebagai berikut:
a. UNESCO Jakarta’s initiatives in ‘Green School Programme’ in Kalimantan oleh Dr. Mee Young Choi dari Korea Selatan (Programme Specialist for Education for Sustainable Development, UNESCO Jakarta).
Penyajian Dr. Choi mengenalkan program UNESCO kantor perwakilan Jakarta yang tengah melaksanakan proyek percontohan Program Green School. Program Green School tersebut, melibatkan sekolah yang terdiri atas 10 SD, 6 SMP, dan 5 SMA/SMK. Tujuan proyek tersebut adalah: - Meningkatkan kepedulian, pengetahuan, dan sikap siswa dan guru terhadap perubahan iklim. - Memasyaratkan kepedulian dan pertanggungjawaban terhadap lingkungan. - Meningkatkan penerapan kebersinambungan lingkungan di sekolah. Sekolah peserta program tersebut dibagi ke dalam lima kelompok topik proyek, yakni keanekaragaman hayati, energi, kehutanan, pengelolaan sampah, dan pengelolaan air. Hasil proyek tersebut adalah: - Menyusun kurikulum, silabus, dan materi ajar di kelas untuk sekolah hijau sesuai kondisi lokal untuk melengkapi dan meningkatkan pembelajaran sains yang telah ada. - Alat bantu ajar untuk sekolah hijau – koleksi praktik terbaik dan contoh-contoh praktis untuk penerapan sekolah hijau. - Indikator sekolah hijau – serangkaian tujuan, sasaran, dan pengukuran terhadap penerapan program sekolah hijau.
b. Step of Inquiry Approach oleh Prof. Yves Quéré dari Prancis (La main à la pâte).
Melalui materi ini, Prof. Yves mengenalkan prinsip pembelajaran sains melalui pendekatan inquiry sehubungan dengan prinsip La main à la pâte. Selanjutnya dijelaskan pula tentang tahapan dalam penerapan pembelajaran inquiry, yakni melalui Questioning, Hypothesis, Experiments, dan Communication & Conclusions. Selain uraian materi, peserta dilatih pula secara praktik tentang penerapan metode inquiry di dalam kelas. Pada kegiatan ini, peserta diminta untuk membuat mobil mainan dari bahan botol plastik, sedotan, balon tiup, dan lain-lain dengan tenaga penggerak berupa balon tiup. Setiap kelompok dibebaskan untuk memilih bahan dan membuat bentuk mobil yang dikehendaki. Selanjutnya hasil karya tersebut dilombakan dalam kategori jarak jelajah terjauh. Walhasil, hasil rancangan kelompok kami (penulis) berhasil menjadi pemenang pertama dari delapan kelompok peserta.
c. Science and Language and Use of Science Activity Book oleh Prof. Yves Quéré dan Ms. Karine Merigeau dari Prancis (La main à la pâte).
Prof. Yves menjelaskan bagaimana pentingnya dan keeratan hubungan antara ilmu pengetahuan dan bahasa. Ilmu pengetahuan takkan pernah berkembang bila tidak didukung oleh bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Melalui bahasa, maka setiap hasil perkembangan sains akan mudah dikomunikasikan sehingga mendapat kesepahaman atau bahkan pertentangan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan perubahan sains tersebut. Ms. Karine melengkapi penjelasan hubungan yang erat antara sains dan bahasa melalui berbagai contoh penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisan dalam membelajarkan siswa tentang sains. Penerapan bahasa tersebut dapat dilaksanakan dalam pemberian tugas berupa penjelasan lisan, pencatatan, serta pengisian lembar kerja atau pengerjaan tugas-tugas dalam buku kegiatan sains inquiry.  
d. Raising Questions: Kinds of questions learners raise when exploring phenomena in life sciences oleh Mr. Francis Mourgues dan Ms. Karine Merigeau dari Prancis (La main à la pâte).
Kegiatan ini berkaitan dengan pentingnya membangkitkan pertanyaan dalam pembelajaran sains secara inquiry melalui percobaan kimia. Setiap kelompok diberikan bongkahan es dalam wadah, lampu senter, garam, gula pasir, minyak goreng, merica, dan cuka. Masing-masing kelompok diberikan kebebasan dalam melakukan percobaan dan mencatat hasilnya untuk ditampilkan di hadapan kelompok lain. Hasil dari beragam percobaan tersebut harus pula disertai dengan pembahasan ilmiah secara singkat agar mudah dipahami oleh peserta lain.
e. Modelling – Astronomy oleh Prof. Yves Quéré, Mr. Francis Mourgues, dan Ms. Karine Merigeau dari Prancis (La main à la pâte).
Pada sesi ini, setiap kelompok diberikan sejumlah bahan dan alat untuk membuat model untuk peragaan perbedaan penampakan wajah bulan dari Bumi. Bahan dan alat yang disediakan antara lain model Bumi dan bulan yang terbuat dari gabus, tusuk sate, kardus bekas, lampu senter, dan lain-lain. Setiap kelompok diberikan kebebasan untuk membuat model sesuai idenya sehingga dapat membuktikan berbagai bentuk perbedaan kenampakan bulan dalam posisi tertentu. Selanjutnya, setiap kelompok diberikan waktu untuk menampilkan peragaan dengan menggunakan modelnya masing-masing. Juru bicara kelompok harus menjelaskan dengan baik agar kelompok lain dapat memahami cara kerja model yang ditampilkan. Pada sesi ini, penulis menjadi juru bicara kelompok.
f. Elaboration of an interdisciplinary project. Theme: Water oleh Mr. Francis Mourgues dan Ms. Karine Merigeau dari Prancis (La main à la pâte).
Kegiatan pada penyajian materi ini berkaitan dengan proyek ilmiah yang memadukan berbagai bidang ilmu misalnya sejarah, seni, sains, matematika, olahraga, geografi, musik, dan bahasa. Setiap kelompok mendapat bidang yang berbeda dan merancang proyek ilmiah sesuai dengan bidang tersebut tetapi harus menyangkut air, sesuai tema yang diusung oleh pemateri. Kelompok kami (penulis) ditugaskan membuat proyek ilmiah dalam bidang seni visual. Setelah melalui diskusi yang alot, akhirnya kami memutuskan untuk membuat karya seni lukis dengan memanfaatkan pencampuran warna secara alami dengan menggunakan semburan air dari botol plastik dengan warna berbeda. Lukisan tersebut bukan hanya terbentuk di baju para siswa namun juga di kain yang dibentangkan di lantai tempat para siswa berpijark. Selain itu, permainan melukis tersebut dipadukan dengan tarian dan musik sehingga terjadi harmonisasi antara seni lukis, tari, dan musik dengan sains. Proyek ilmiah tersebut melibatkan sains dalam hal pemanfaatan tekanan terhadap udara dan air yang terdapat di dalam botol plastik untuk membuat semburan air. Tentu saja terdapat perbedaan tekanan dan daya sembur yang dihasilkan bila volume air dan udara di dalam setiap botol berbeda-beda. Selain itu, juga dipengaruhi oleh kekuatan siswa dalam menekan botol plastiknya masing-masing. Hal lainnya yang terkait dengan sains adalah pencampuran warna dasar yang menghasilkan beragam warna lain setelah air tercampur. Demikian pula percikan yang terjadi saat tetesan air mengenai baju maupun kain di lantai, juga merupakan kajian sains pada proyek ilmiah tersebut.
g. Analysis of practice through video oleh Mr. Francis Mourgues dan Ms. Karine Merigeau dari Prancis (La main à la pâte).
Kedua orang pemateri menayangkan sebuah video yang menampilkan contoh penerapan pembelajaran melalui metode inquiry. Tayangan tersebut menampilkan bagaimana seorang guru pra-sekolah dasar membelajarkan siswanya tentang hubungan makhluk hidup yang berbeda yaitu antara cacing tanah dan tanaman. Guru tersebut dengan sabar dan menanggapi semua pertanyaan dan keluguan siswanya demi untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang sains yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, pemateri memimpin diskusi terbuka untuk menemukenali berbagai substansi pembelajaran yang berkaitan langsung dengan metode inquiry. Hal utama yang berkaitan dengan peran guru adalah: - Membangun dan mengembangkan ide-ide siswa. - Mendukung dan membimbing penyelidikan/penelitian siswa dengan cara mereka sendiri. - Membimbing siswa untuk melakukan analisis dan mengambil kesimpulan.
h. Cultural visit to “Saung Angklung Udjo”, dilaksanakan oleh panitia.
Para peserta, pemateri, dan panitia melakukan kunjungan ke Saung Angklung Udjo. Para pengunjung disuguhi penampilan seni tradisional berupa pertunjukan wayang golek dan tarian anak-anak. Penampilan selanjutnya adalah sejumlah lagu terkenal baik dalam maupun luar negeri yang dimainkan secara instrumentalia oleh tim angklung Saung Udjo. Acara yang paling mengesankan setiap kali kita berkunjung ke Saung Angklung Udjo adalah belajar memainkan angklung. Acara ini dituntun langsung oleh pimpinan Saung Angklung Udjo yaitu putra Daeng Udjo, pendiri saung tersebut. Semua pengunjung dilibatkan dalam penampilan musik angklung. Setiap penonton masing-masing mendapat sebuah angklung dengan nada tertentu. Musik yang dimainkan bersama dimulai dari lagu yang mudah dan lambat hingga lagu yang agak panjang dan cepat. Permainan ini tentu saja menjadi pengalaman tersendiri bagi pengunjung yang belum pernah mengalaminya. Setelah pertunjukan tersebut, para pengunjung diberi waktu untuk berbelanja beragam jenis souvenir dan produk lain seperti baju, cinderamata, angklung, dan lain-lain untuk dijadikan kenang-kenangan.
i. Biodiversity oleh Prof. Yves Quéré, Mr. Francis Mourgues, dan Ms. Karine Merigeau dari Prancis (La main à la pâte).
Pada penyajian materi ini, peserta diminta untuk melakukan pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan kesamaan ciri dan sifat fisiologi maupun fisik khasnya. Setiap kelompok harus melakukan diskusi untuk mengungkapkan urutan pertanyaan yang berkaitan dengan klasifikasi hewan sesuai gambar-gambar yang tersedia pada materi pelatihan. Serangkaian pertanyaan tersebut berkaitan dengan upaya untuk menghasilkan klasifikasi yang tepat sesuai dengan pemahaman masing-masing kelompok. Selanjutnya setiap kelompok menampilkan hasil klasifikasinya untuk mendapat tanggapan dari peserta lain dan pelatih.
j. Assesment in the La main à la pâte classroom oleh Mr. Francis Mourgues dan Ms. Karine Merigeau dari Prancis (La main à la pâte).
Kedua pemateri menyajikan penjelasan tentang assessment dalam pembelajaran sains berbasis inquiry. Assessment bukan evaluasi, melainkan pengamatan secara berkesinambungan mengenai perkembangan keterampilan dan kompetensi siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Semua hasil pengamatan tersebut direkam dalam buku catatan guru yang memuat aktivitas siswa, sikap, hubungan sosialnya, pemahaman dan pengetahuannya, kegiatannya dalam bertanya, berpendapat, mengamati, menulis, dan lain-lain.
k. Poster session oleh seluruh peserta pelatihan
Pada sesi poster ini, setiap peserta memajang poster tentang kegiatan yang telah dilakukannya di negara masing-masing yang berkaitan dengan pembelajaran sains, khususnya melalui metode inquiry. Setiap peserta diminta untuk menjelaskan mengenai isi poster yang ditampilkan kepada siapa pun yang bertanya, baik dari peserta lain maupun dari pemateri dan panitia.
l. Key characteristics of energy oleh Dr. Gregory Smith dan Mr. Peter Pentland dari Australia Kedua pemateri memandu para peserta untuk melakukan percobaan yang berkaitan dengan perubahan energi. Setiap kelompok diberikan serangkaian alat percobaan seperti panel percobaan listrik, multimeter, motor turbin angin dan beragam variasi bilahnya, dinamo, panel solar pembangkit listrik, dan lain-lain. Setiap peserta diberikan tugas untuk melakukan percobaan yang dapat membuktikan adanya perubahan energi, misalnya dari energi gerak menjadi listrik, energy panas matahari menjadi energy listrik, dan lain-lain. Setiap percobaan dilakukan dengan beragam perubahan variabel yang penentu/ independen sehingga menghasilkan besaran energi yang berbeda. Selanjutnya setiap kelompok menyusun laporan hasil percobaannya dalam berbagai bentuk. Laporan tersebut kemudian dipresentasikan di depan para peserta untuk mendapat tanggapan dari pelatih dan peserta lainnya. Pada saat presentasi, penulis kembali menjadi juru bicara kelompok.
m. Representation tasks dan Identifying and controlling variables oleh Dr. Gregory Smith dan Mr. Peter Pentland dari Australia
Pada sesi ini, para peserta melakukan beragam percobaan dengan menggunakan alat sederhana yang disediakan bagi setiap kelompok. Percobaan tersebut antara lain adalah adu kecepatan roda penggulung benang dengan menggunakan lilitan karet, lompatan model cangkir karet, dan lain-lain. Setiap percobaan tersebut dilakukan dengan beragam perubahan variabel independennya sehingga menghasilkan energi berbeda. Selanjutnya pemateri menayangkan gambar sebuah bola yang hendak disepak oleh kaki seorang pemain sepak bola. Kemudian setiap kelompok diberi tugas untuk merumuskan beragam bentuk energi dalam peristiwa ditendangnya bola oleh seorang pemain sepak bola. Masing-masing kelompok harus menyampaikan hasil diskusi kelompoknya di hadapan semua peserta. Kelompok penulis merumuskan tentang energi yang bekerja pada momen ditendangnya bola tersebut yang menghasilkan laju bola yang melengkung untuk menghasilkan tendangan “pisang” menuju gawang. Penulis bertindak sebagai penggambar ilustrasi hasil diskusi tersebut dan membantu Mr. Wijayasiri, rekan dari Sri Lanka menjadi juru bicara.
n. Inquiry-based science learning: STELR renewable energy activities oleh Dr. Gregory Smith dan Mr. Peter Pentland dari Australia
Materi ini menjelaskan strategi penerapan metode inquiri dalam pembelajaran di kelas berdasarkan prinsip STERL. Strategi tersebut tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip LAMAP. Strategi itu meliputi menemukan inspirasi, lalu membangkitkan pertanyaan-pertanyaan, melakukan observasi, memeroleh dukungan kepustakaan, dan penyebarluasan data dan ide. Penerapan metode pembelajaran inquiri tersebut secara substantive meliputi upaya membelajarkan siswa tentang sains melalui praktik secara langsung. Siswa dihadapkan pada beragam peluang untuk memungkinkan mereka menuangkan ide dan kreativitas secara langsung dan terbuka untuk mengetahui ide pokok materi ajar yang mereka hadapi.
5. Dampak yang Diharapkan
Hasil pelatihan ini tentu saja dapat memberi dampak secara langsung bagi peningkatan kemampuan saya dalam membelajarkan siswa sehingga siswa dapat menimba pengalaman dan menambah pengetahuan serta keterampilannya melalui proses inquiri. Pada prinsipnya proses inquiri tersebut melatih siswa untuk belajar dan berfikir secara mandiri untuk menemukan pengetahuan dan pengalaman baru melalui pembelajaran. Dengan demikian dampak pelatihan ini menjadi lebih luas sebab akan menyebar melalui penerapan kemandirian dalam berfikir dan bertindak bagi siswa. Bila hasil pelatihan ini dapat didesinimasikan, maka tentu saja akan semakin banyak guru yang dapat menerapkan atau setidaknya menekankan kembali betapa pentingnya siswa diajak belajar secara mandiri dalam berfikir dan berkreasi. Dengan demikian maka akan semakin banyak siswa yang dapat memiliki kemandirian tersebut untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Rencana Tindak Lanjut
Penulis akan menerapkan beragam pengalaman yang diperoleh melalui pelatihan tersebut dalam mengajar di kelas. Selanjutnya, penulis akan mendesiminasikan hal tersebut kepada sejawat guru, baik di sekolah sendiri maupun kepada sejawat guru di sekolah lain, baik melalui MGMP maupun acara lain yang sesuai. Demikian laporan kegiatan ini saya buat sebagai langkah awal pertanggungjawaban saya karena telah diizinkan untuk mengikuti pelatihan tersebut. Semoga pelatihan tersebut dapat memberi manfaat bagi peningkatan kemampuan guru dan penguasaan siswa terhadap mata pelajaran sains.
Wassalam,
Mujahidin Agus, S.Pd.,M.Si.,M.Pd.
NIP. 19690817 200012 1 005
Guru Geografi SMAN 01 Unggulan Kamanre (2007-2014)
Guru Geografi SMAN 3 Palopo (20014- )