Wednesday, May 21, 2014

Berbagi ide.....

PEMBELAJARAN YANG KREATIF
MENUNTUT GURU KREATIF



Salah satu aspek penunjang keberhasilan proses pembelajaran adalah tersedianya media, alat peraga maupun alat bantu pembelajaran lainnya yang sesuai dengan materi yang disajikan. Namun sudah menjadi permasalahan umum yang dihadapi oleh para guru adalah terbatasnya sarana tersebut. Keterbatasan itu terjadi baik karena terbatasnya kemampuan sekolah untuk pengadaannya, maupun keterbatasan itu terletak pada guru.


Pada dasarnya, permasalahan itu dapat diatasi apabila para guru dan pengelola lembaga pendidikan mempunyai tingkat kreativitas yang cukup. Karena ternyata media atau alat peraga yang dibutuhkan tidak selamanya hanya dapat dipenuhi dengan biaya yang tinggi. Alternatif yang memungkinkan untuk ditempuh adalah menciptakan media maupun alat peraga yang sederhana dengan biaya yang murah, misalnya dengan memanfaatkan barang-barang bekas.

Selain penggunaan alat bantu pembelajaran yang membutuhkan kreativitas, penerapan metode pembelajaran pun juga sangat membutuhkan kreasi para guru. Sehingga pembelajaran yang kreatif sudah menjadi tuntutan yang sangat mendasar. Guru harus mampu memberikan kenikmatan belajar bagi siswanya.


Daya kreasi guru dan alat bantu pembelajaran


Salah satu tugas guru adalah menjadi pengguna, pembuat, atau bahkan pencipta media, alat peraga maupun alat bantu pembelajaran lainnya. Sehingga dalam setiap penyajian materi sedapat mungkin guru menggunakan alat bantu pembelajaran yang tepat. Hal ini tentunya terkait dengan keinginan agar proses penyampaian informasi dapat terlaksana dengan tepat sasaran pula. Selain itu, penggunaaan alat bantu pada dasarnya dapat meringankan beban pekerjaan guru di depan kelas.

Akan tetapi hal itu semua sangat terkait dengan daya kreasi guru yang bersangkutan. Boleh jadi media dan alat peraga yang dibutuhkan telah tersedia, namun karena kurang kreatif atau ketidakpahaman dalam penggunaan alat, akhirnya seorang guru tidak memanfaatkan sarana tersebut. Misalnya, mungkin alat proyektor LCD dan laptop telah tersedia di sekolah, tapi karena kurang menguasai penggunaan komputer (khususnya program PowerPoint), maka media canggih itu tidak dimanfaatkan dalam penyajian materi.
Contoh lain, penyajian materi penjelajahan samudera dalam mata pelajaran Sejarah. Mungkin peta penjelajahan samudera memang tidak tersedia, yang ada hanya peta dunia. Seorang guru Sejarah yang kreatif tentu tetap dapat menyajikan materi itu dengan baik meskipun hanya menggunakan peta dunia. Bahkan mungkin proses pembelajarannya lebih variatif lagi. Misalnya dengan menyuruh siswa menemukan sendiri jalur pelayaran Colombus ataupun Vasco da Gama.

Pada kasus lainnya, mungkin alat praktik yang dibutuhkan telah tersedia, namun ada bagian alat yang hilang atau rusak. Seorang guru yang kreatif tentu tidak serta merta pasrah dengan keadaan tersebut. Tetapi berusaha memperbaikinya atau mencari alternatif lain, misalnya mengganti bagian itu dengan bahan lain yang tidak mengurangi nilai fungsinya.

Atau ada materi pelajaran yang tidak tersedia alat peraganya dan sulit untuk mengamatinya secara langsung di alam. Misalnya materi tentang tekanan udara, proses terbentuknya angin tornado, pemuaian gas, perpindahan kalor pada gas secara konveksi, atau peristiwa arus laut, dan lain-lain. Jika alat peraga tidak tersedia, dan mungkin juga tidak ada contoh alat di dalam buku, maka di sinilah peran guru sebagai perancang alat peraga sangat dibutuhkan. Guru dapat memanfaatkan bahan-bahan bekas untuk membuat alat peraga tersebut. Tentunya dibutuhkan daya kreasi yang cukup untuk melakukan tugas itu.

Atau setidaknya, jika tidak tersedia di sekolah dan alat bantu pembelajaran tersebut dapat diwujudkan oleh guru, maka kreativitas guru pun masih dibutuhkan. Misalnya guru yang bersangkutan membuat sendiri media atau alat bantu lainnya untuk dipergunakan di depan kelas. Sebagai contoh, guru dapat membuat peta, chart, gambar, model, foto, atau membawa contoh asli (sampel), dan lain-lain. Dapat pula dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa baik secara perorangan maupun kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan mereka.

Penggunaan alat peraga khususnya, sedapat mungkin memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan dan mengerti sendiri substansi ilmu apa yang dipelajarinya. Guru berperan sebagai pembimbing dan teman berdiskusi.


Daya kreasi guru dan metode pembelajaran

Penerapan metode yang tepat dapat meningkatkan pula mutu pembelajaran yang berlangsung. Sama halnya dalam penggunaan alat bantu pembelajaran, penerapan metode pembelajaran yang tepat juga membutuhkan kreativitas guru. Seorang guru kreatif tidak akan puas dengan satu atau dua metode saja. Meskipun dinilai berhasil, sebuah metode pun akhirnya akan membosankan siswa bila terus menerus diterapkan. Oleh karena itu, dibutuhkan variasi penerapan metode pembelajaran.
Tetapi pada dasarnya, generalisasi suatu metode adalah yang terbaik untuk suatu materi sangat sulit dilakukan. Hal ini terkait dengan kapasitas guru yang bersangkutan, latar belakang siswa, sarana dan prasarana sekolah, dan lingkungan.

Penerapan metode yang bervariasi dan tepat sangat ditentukan oleh kreativitas dan atau pengalaman guru yang bersangkutan. Guru yang berpengalaman dapat membanding-bandingkan tingkat keberhasilan satu metode dengan metode berbeda lainnya dalam membahas materi yang sama. Sehingga mampu memilih metode yang terbaik untuk materi tersebut. Sedangkan guru yang kreatif selalu mencari variasi metode atau bahkan mencoba metode pembelajaran yang baru untuk diterapkan meskipun pada materi yang sama. Maka akan lebih sempurna lagi apabila seorang guru berpengalaman dan ia kreatif pula.

Penerapan metode bervariasi dalam pembelajaran tidak hanya diartikan sempit sebagai penerapan beberapa metode dalam satu kali tatap muka. Semestinya dapat pula diartikan sebagai modifikasi dari sebuah metode sehingga ia menjadi lain daripada biasanya. Sebagai misal, metode penugasan berupa mengerjakan soal dari guru atau buku di dalam kelas, adalah metode yang lumrah diterapkan. Lain halnya bila soal tugas tersebut dibuat oleh siswa dan dijawab oleh siswa lainnya.

Contoh lain, bila seorang guru Geografi hendak menjelaskan tentang rotasi dan revolusi bumi tetapi tidak ada alat peraga atau globe. Mungkin dijelaskan dengan gambar juga sudah cukup. Tetapi akan menjadi lain apabila guru atau siswa bermain peran. Ada siswa bertindak sebagai matahari dan ada sebagai bumi. Demikian pula untuk menjelaskan tentang pergantian musim di Indonesia atau di Eropa. Dalam peragaan tersebut, siswa diminta untuk mengamati, menganalisis, dan kemudian menjelaskan hasil pengamatan dan analisisnya. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi dan pengambilan kesimpulan oleh siswa dan guru.


Daya kreasi guru dan kompetensi siswa

Meningkatkan kecerdasan siswa dan terpenuhinya beragam kompetensi yang diharapkan merupakan tanggung jawab guru dan insan pendidikan lainnya. Oleh sebab itu, menjadi tantangan bagi guru untuk dapat menerapkan pembelajaran yang kreatif. Sehingga segala potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang dan terlatih untuk menunjang kompetensinya.

Melalui pembelajaran yang kreatif, siswa dituntun untuk dapat menemukan sendiri substansi ilmu yang dipelajarinya. Siswa dapat mengembangkan sepenuhnya kemampuan berpikir dan analisisnya karena mereka diberikan peluang yang luas untuk menjadi diri sendiri. Di samping itu, bila siswa dibimbing oleh guru yang kreatif, maka secara langsung mereka mendapat teladan nyata bagaimana menjadi orang yang kreatif pula.

Keadaan berbeda akan terjadi bila penyajian materi tanpa media ataupun alat peraga, maka pembelajaran yang berlangsung tidak variatif. Siswa hanya memperoleh informasi dari apa yang dibaca dan didengarnya. Hal ini tentunya sangat tergantung pada tingkat kemampuan siswa dalam mengingat kembali informasi atau pengetahuan tersebut. Atau dengan kata lain, faktor kemampuan intelegensi (kecerdasan) siswalah yang paling menentukan penguasaannya terhadap materi dan kompetensi yang diharapkan.
Sedangkan bila penyajian materi dilakukan dengan menggunakan media dan atau alat peraga atau melaksanakan pembelajaran kreatif, maka siswa akan memperoleh informasi atau pengetahuan dari apa yang dibaca, dilihat, didengar, didiskusikan, dan dikerjakan atau dialaminya. Proses tersebut memungkinkan seluruh potensi siswa akan berperan secara optimal dalam mengerti dan bahkan menemukan informasi baru. Terlebih lagi jika aktivitas belajar yang dilakukannya merupakan pengalaman yang unik (contohnya membuat dan memakai alat peraga buatan sendiri). Maka informasi atau pengetahuan yang diperolehnya itu dapat tersimpan lama dalam memori anak.Dalam hal ini, karena setiap siswa memperoleh pengalaman dan informasi dengan proses pembelajaran yang sama, maka penguasaan informasi dan pengetahuannya pun akan relatif sama. Sehingga tidak akan terjadi perbedaan yang mencolok antara siswa cerdas dan kurang cerdas. Demikian pula pada tingkat kompetensi, juga relatif akan sama.


Menjadi guru yang kreatif

Adalah sangat ideal bila semua guru memiliki kreativitas yang tinggi. Tetapi Tuhan menciptakan manusia atas kodrat berbeda dengan beragam potensi yang berbeda pula. Sehingga untuk menuntut semua guru agar menjadi kreatif mungkin sangatlah sulit. Tetapi adalah kodratnya juga Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan belajar yang menakjubkan. Setiap insan memiliki potensi belajar yang dapat saja terus dikembangkan.

Begitu pula seorang guru, pada dasarnya telah memiliki daya kreasi yang luar biasa. Ia dapat saja meningkatkan potensi dirinya dengan belajar dari berbagai sumber dengan berbagai cara.

Beberapa langkah sederhana untuk menjadi lebih kreatif, misalnya:

 membiasakan diri membaca sumber bacaan apa saja. Entah itu buku fiksi, tulisan ilmiah, koran, majalah ataupun lainnya. Apakah berupa buku, buletin, selebaran, iklan, atau bahkan koran bekas pembungkus sekalipun. Lebih baik lagi bila mengoleksi tulisan tersebut, termasuk membuat klipping;

 belajar atau mencari ide melalui media elektronik seperti radio, televisi, film, atau mengakses internet, terutama berkaitan dengan program atau tayangan yang terkait dengan bidang studi yang diajarkan atau yang diminati;

 menimba ilmu atau belajar pada rekan sejawat dan siapa saja yang mungkin memiliki ide, pengalaman, ataupun keahlian tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung;

 mencatat atau mengingat/merekam berbagai kendala yang dialami sendiri atau dialami oleh orang lain (termasuk siswa) dalam proses pembelajaran untuk selanjutnya dicarikan ide cara pemecahannya;

 berbagi ilmu/informasi dengan orang lain (tidak kikir) dan terbuka menerima saran, kritik, dan ide (open minded) dari siapa saja meskipun dengan latar belakang ilmu yang berbeda;

 membiasakan diri mengamati sesuatu (peristiwa, gejala, benda, atau lainnya) dengan saksama, kemudian mencari beragam alternatif cara pandang atau analisis obyek tersebut;

 membiasakan diri untuk menulis/mencatat secepatnya setiap ide yang muncul secara tiba-tiba. Selanjutnya ide tersebut dapat dikembangkan menjadi sebuah karya tulis, baik fiksi maupun nonfiksi, ataupun menjadi sebuah alat peraga inovatif, misalnya, atau lainnya.

Upaya untuk menjadi lebih kreatif bukan semata-mata hanya dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. Kreativitas juga menjadi sangat berguna secara praktis dalam hidup sehari-hari. Dan ini menjadi tugas selanjutnya bagi guru untuk mendidik siswa menjadi lebih kreatif dalam menghadapi tantangan kehidupan yang mungkin akan semakin berat.


Meningkatkan kecerdasan siswa dan membekalinya dengan beragam kompetensi adalah sangat berat. Guru dituntut untuk memiliki daya kreasi yang tinggi agar proses pembelajaran tersebut berlangsung dengan baik.

Namun daya kreasi guru tidak dapat tumbuh dengan sendirinya. Dibutuhkan beragam upaya dan kelengkapan berbagai sarana dan prasarana serta dukungan dari para insan pendidikan, khususnya para pemangku kebijakan. Sedapat mungkin guru diberikan keleluasaan dalam upaya mengembangkan kreativitasnya dan untuk mewujudkan hasil kreasi tersebut. Praktik-praktik pemasungan kreativitas dan perlakuan tidak adil hendaknya dihilangkan. Sehingga setiap guru dapat lebih optimal mengabdikan diri bagi dunia pendidikan secara khusus dan bagi kehidupan masyarakat secara umum.(Jidint)



No comments: