Friday, December 11, 2015

Narasi SIMPOSIUM GURU NASIONAL 2015 - Jidint

PELUANG 1 : 3.366
Berawal dari panggilan telepon Kabag Kepegawaian Dinas Pendidikan, Dra. Najasi yang terkesan sangat mendadak, aku mendapat sebuah tantangan besar untuk menjadi peserta Simposium Guru 2015. Naskahku yang sempat terbengkalai dengan semangat kuselesaikan sebab tenggat waktu tinggal dua pekan. Untunglah karya ilmiah itu sudah selesai separuhnya.
Tiga hari kemudian, naskah itu berhasil ku-upload ke dalam web panitia. Awalnya aku tidak terlalu berharap untuk lolos seleksi, 250 orang! Karena kuyakin pesertanya pastilah ribuan. Terbukti aku menjadi peserta ke-2.000 sekian-sekian. Tetapi yang membuatku lebih pasrah lagi adalah panitia mendasarkan penilaiannya 60% naskah dan 40% pilihan pengunjung web (penyuka tanda bintang). Huh! Aku kesal dan mendongkol dengan syarat 40% itu! Puluhan kali aku mengikuti lomba karya ilmiah tingkat nasional, baru kali ini sangat aneh syarat seleksinya.
Walhasil, aku tidak dapat menghindar, tentu saja! Akhirnya aku membuat selebaran untuk mencari dukungan, setidaknya dari siswa-siswiku, baik secara langsung maupun melalui pengurus OSIS dan sejawat guru. Terus terang, aku sangat malu. Maluuuu banget amat sekali! Soalnya, aku takut malah nantinya malu-maluin, kalau tidak lolos!
Untunglah, akhirnya aku berhasil meraih bintang sekitar 200-an. Tapi, aku masih apatis sebab banyak peserta yang sudah ribuan bintangnya, bahkan ada yang mencapai 4.000 lebih. Wow hebaaaaat! Syukurlah, jauh di lubuk hatiku yang paling dalam aku tetap menyimpan setitik harapan dan segunung do’a selalu terpanjatkan ke hadirat Ilahi Robbi.
Singkat cerita, ya disingkat, sebab ternyata waktu menunggu pengumuman yang hanya sepekan rasanya seakan berbulan-bulan lamanya. Ternyata pada hari yang dijanjikan, waktu bergulir terasa jauh lebih lama. Detik demi detik berganti seakan dalam gerakan lambat hingga seperti sejam rasanya. Aku menunggu, setiap saat membuka web dan akun facebook panitia. Namun hingga lewat pukul 23.59’.59” WITA pengumuman itu tidak ada. Aku belum tidur. Aku menunggu hingga satu jam lagi dengan harapan patokan waktu WIB yang dijadikan batas waktu. Ternyata panitia mengabarkan bahwa pengumuman ditunda hingga esok hari. Terus terang, hatiku semakin mendongkol dan juga mulai curiga. Apalagi komen para peserta di facebook mulai rada-rada aneh dan seakan mengajukan mosi tidak percaya. Namun aku masih tetap berharap dan mengomentari secara positif di facebook.
Singkat cerita lagi, waktu terasa makin melambat, lebih pelan daripada gerakan lambat. Akhirnya, pada ba’da isya keesokan harinya, aku membuka akun facebook panitia. Rupanya, pengumumannya belum juga dimuat! Huh! Rasa sebal makin membuncah. Akhirnya aku berbaring untuk tidur saja. Untunglah aku tidak pernah bermasalah dengan yang satu ini, tidur. Tentu saja aku tak ingat lagi pukul berapa aku berhasil tidur, pokoknya aku tertidur pulas tanpa rasa gelisah (teman yang tahu pastilah tidak heran dengan kelebihanku yang satu ini).
Ba’da subuh, esok harinya lagi. Aku membuka akun facebook yang baru dua hari terakhir sangat aktif kubuka. Aku hanya membaca komen dari akun Om Thamrin: “selamat bersimposium”. Alhamdulillah, aku berucap. Meskipun aku belum melihat pengumumannya tentu saja aku yakin bahwa aku lolos seleksi. Dengan semangat yang menyala, aku mencari pengumuman resminya. Sayangnya, passwordku di web panitia terlupakan. Maka kucarilah dari akun facebook panitia, dan berhasil. Kulihat namaku terdaftar di nomor urut 133. Sayangnya hanya dua orang dari Luwu Raya, berdua dengan Ibu Nur Amaliah, S.Pd. dari SMKN 1 Terpadu Bua Ponrang (selamat ya Bu).
Sekali lagi, singkat cerita. Alhamdulillah, 21 November 2015 aku sampai dengan selamat di sebuah hotel di bilangan Mampang Prapatan, Jakarta. Walaupun panitia terkesan belum siap, namun akhirnya aku berhasil mendapatkan kamar di lantai 3, berdua dengan Pak Rubiman, S.Pd.,M.Pd., seorang pengawas dari Lombok Timur, NTB. Itupun setelah berpromosi bahwa aku mencari pasangan lalu beliau menyambutku untuk menjadi teman sekamar. Siang hingga sore itu belum ada kegiatan resmi. Malam harinya, kami berkumpul di Ballroom untuk pembukaan dan pembagian kelompok presentasi karya. Aku bertemu dengan sejumlah guru senior yang pernah beberapa kali kami satu acara lomba ataupun pelatihan sebelumnya. Sejatinya, nyaliku mulai ciut juga. Tapi kuyakinkan diri bahwa aku juga bukan guru biasa, pede aja lagi, selangit! Aku berhasil menjadi satu di antara 250 orang dengan total jumlah peserta 3.366 orang, menurutku itu sudah luar biasa. Peluang 1 :  3.366 berhasil kuraih!
Keesokan harinya, tepat pukul 08.00 WIB, sesuai jadwal kami telah berada di kelompok masing-masing untuk tampil menyajikan karya. Namun rupanya beberapa waktu kemudian, masalah mulai muncul. Panitia menyatakan bahwa hanya 60 orang terbaik yang akan presentasi, sisanya hanya menjadi pendengar, termasuk aku! Padahal sebelumnya, melalui web dan pengumuman dinyatakan bahwa 250 orang tersebut adalah pemenang dan akan menyajikan karya serta mendapat hadiah. Makanya aku, termasuk sebagian besar peserta lain membawa alat peraga hasil inovasi masing-masing untuk ditampilkan. Awalnya, acara berjalan hingga siang hari dengan agenda mendengarkan 60 peserta saja. Hasilnya, pada sesi berikutnya banyak peserta tidak hadir sebab tidak menjadi penyaji. Aku dan Pak Rubiman tetap antusias, kami duduk di bagian depan. Menurutku, gagal menjadi penyaji akan lebih buruk bila tidak mendapat tambahan ilmu dan pengalaman dari peserta lain. Keanehan berikutnya yang kuketahui, ternyata beberapa peserta berhasil lolos seleksi walaupun tanda bintangnya sedikit dan bahkan nol! Yah, begitulah, rezeki tak bakalan tertukar, hiburku dalam hati. Sejak muncul komen di facebook memang aku pun membalasnya bahwa meskipun nol tanda bintangnya jika lolos pastilah karyanya terbilang luar biasa. Itu wajar kan?
Siang hari, pukul 13.48 WIB, tak disangka ternyata Pak Anies Baswedan, Mendikbud datang berkunjung. Saat masuk ke kelompok kami dan duduk di belakang, sejumlah peserta menghampiri beliau untuk berfoto. Pak Rubiman pun tak mau ketinggalan momen langka itu. Aku hanya sempat menengok ke belakang tapi tidak beranjak dari kursi. Sejatinya akupun ingin berfoto dengan menteri hebat itu, tapi aku lebih memilih mendengarkan presentasi Ibu Wahyu Ratnawati, guru SD Cemara Dua No. 13 Surakarta, Jawa Tengah.
Ternyata di balik layar terjadi kasat kusut setelah kedatangan Pak Anies. Banyak peserta yang menyampaikan keluhan dan protes tentang gagalnya sebagian besar peserta untuk presentasi padahal mereka telah bersiap (terima kasihku untuk itu). Akhirnya panitia menyampaikan bahwa semua peserta akan tampil dan kelompok dibagi menjadi lima. Malam harinya setelah aku tampil, tiba-tiba Pak Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Sumarna Surapranata, Ph.D. datang ke ruangan di kelompok kami. Awalnya sih aku tak mengenal beliau apalagi baru beberapa bulan menjabat. Setelah sekat-sekat ruang dibuka, peserta diminta untuk masuk dan sebagian besar berdiri di bagian belakang dan pinggir ruangan. Pak Dirjen menyampaikan bahwa semua guru yang datang di acara ini adalah pemenang. Setiap orang akan menerima hadiah berupa laptop dan dana pembinaan. Tentu saja kami semua kegirangan. Alhamdulillah. Hanya saja, menurut beliau sementara ini laptop baru tersedia 90 buah sehingga peserta dari luar Jawa yang didahulukan. Apabila peserta luar Jawa lebih dari 90 orang maka pembagian laptop tersebut dilakukan dengan undian. Laptop bagi peserta lain akan dikirimkan sekitar bulan Februari dan Maret langsung ke sekolah masing-masing.
Saat itu, aku yang tepat duduk di hadapan Pak Dirjen langsung ditunjuk beliau mendapat amanah untuk menjadi ketua dan penanggung jawab pembagian laptop tersebut. Sejatinya aku sangat terkejut dan tak menyangka sama sekali. Sempat pula Pak Dirjen memperlihatkan alat peraga sederhana ciptaanku sebagai sebuah karya kreatif. Aku diminta untuk mendaftarkan karya itu ke HAKI. Aku sempat besar kepala, manusiawi kan? Malam itu, hati kami terutama guru dari luar Jawa sangat berbunga-bunga. Peserta dari Jawa masih was-was dan berkali-kali memintaku untuk memperjelas janji Pak Dirjen. Bahkan mereka mendesakku untuk meminta hitam di atas putih atas janji tersebut. Aku memahami keraguan teman-teman tersebut, namun panitia berhasil meyakinkan mereka bahwa janji Pak Dirjen adalah janji pejabat yang tentu saja akan menjadi bumerang apabila tidak dipenuhi. Malam itu, kami mengikuti acara presentasi hingga pukul 01.00, bahkan ada kelompok yang puluhan menit lebih lama.
Keesokan harinya, setelah sholat subuh, seperti yang diminta oleh panitia, usai sarapan kami sudah berada di lobby hotel dengan pakaian batik untuk mengikuti acara di Istora Senayan. Kami meninggalkan hotel sekira pukul 06.15 WIB dengan lima buah bis besar. Setiba di Istora Senayan, kelompok kami, Simposium Guru (250 orang) menuju pintu masuk yang masih berpagar rapat. Saat itu aku bertemu lagi beberapa orang guru yang pernah bertemu di berbagai lomba sebelumnya. Mereka bukan dari kelompok kami tetapi dari berbagai acara lainnya seperti Lomba Inovasi Pembelajaran SMP, P4TK IPA, P4TK Bahasa, Guru Berprestasi, Lomba Kreativitas Guru, dan lain-lain deh. Akhirnya kami harus masuk lewat pintu utama yang ternyata mulai sesak. Nyaris setengah jam baru aku berhasil masuk ke bagian belakang deretan kursi utama.
Acara inti hari itu adalah pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan. Selanjutnya para guru dari berbagai unsur disajikan materi dokumenter, motivasi, dan hiburan berupa lagu dan tari. Pada bagian akhir acara, para guru dibagi berdasarkan kelompok dan masing-masing mengikuti penyajian materi terpilih di tempat terpisah. Kami dari kelompok Simposium Guru tetap berada di ruang utama untuk menyaksikan 10 penyaji terbaik. Sayang sekali aku tidak termasuk kategori dari kelompok ini. Selesai acara, kami berdesakan menuju panggung utama untuk mengambil gambar. Aku dihampiri teman, Amirullah, M.Pd. dari SMP Khusus Jeneponto. Diperlihatkannya padaku label bertulis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Label itu bekas ditempelkan di kursi Pak Anies Baswedan. Terus terang aku merasa kecolongan, biasanya aku yang agresif mengumpulkan label seperti itu. Aku merasa kalah. Untuk pengobat hati, aku ambil label kursi Dirjen Dikdasmen. Menjelang ashar, aku pun meninggalkan Istora Senayan menuju bis.
Keesokan harinya, pukul 06.00 WIB lewat beberapa menit bis kami telah meninggalkan hotel menuju Istora Senayan. Hari itu kami tampil berbeda, baju putih dengan bawahan hitam. Banyak teman yang berpakaian sangat parlente, sangat rapi. Aku cuma menirukan gaya Pak Jusuf Kalla, kaki baju di luar dengan lengan baju digulung di tengah hasta. Santai. Kami berdesakan masuk melalui pintu berbeda dengan kemarin. Terpaksa kelompok kami harus mengalah dari guru berprestasi yang memang kompak dan tertib. Akhirnya aku dan beberapa teman berhasil masuk ke ruang utama Istora Senayan. Cukup lama kami berada di ruangan itu. Kami menyempatkan diri mengabadikan momen itu termasuk ber-selfie ria. Namun tiba-tiba, terdengar pengumuman bahwa semua guru yang sudah berada di dalam gedung harus keluar dan memberikan waktu bagi Paspampres melakukan sterilisasi untuk kedatangan presiden.
Aku tidak menunggu pengumuman itu diulangi. Aku langsung keluar dan menuju pintu masuk lalu mengambil posisi antri di bagian terdepan di dekat detector dan scanner Paspampres. Kami menunggu sekitar 40 menit sebelum akhirnya antrian masuk satu persatu melalui detector. Tentu saja aku yang masuk paling dahulu. Aku bergegas menuju ruang utama dan mencari posisi strategis di bagian tengah di belakang kursi kehormatan. Meskipun sudah banyak guru yang mendahuluiku, namun aku mendapat posisi yang cukup bagus atas pertolongan seorang ibu guru dari Palu (maaf namanya kulupa). Tak lama berselang, Pak Anies Baswedan serta sejumlah menteri dan undangan kehormatan lainnya mulai memasuki ruang utama. 
Selang beberapa puluh menit kemudian, Pak Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia memasuki ruang utama Istora Senayan dan sekaligus tempat Peringatan Hari Guru Nasional, 24 November 2015. Acara inti antara lain adalah pidato Mendikbud lalu pemberian penghargaan bagi pemateri terpilih dan pemenang berbagai lomba ilmiah guru (terus terang lagi, aku cemburu). Acara lainnya adalah pemberian tanda kehormatan bidang pendidikan bagi perwakilan guru dan pidato oleh Presiden Jokowi (aku semakin cemburu). Pada acara tersebut, panitia juga menghadirkan sejumlah guru Pak Jokowi saat mengenyam pendidikan di SMP dan SMA. Usai berpidato, Pak Jokowi menyalami satu persatu guru beliau sebelum berfoto bersama dan kembali ke tempat duduknya. Uniknya, kursi yang diduduki oleh presiden dan pejabat lainnya adalah kursi yang sama dengan kursi undangan khusus, bukannya sofa mewah. Perbedaannya dengan kursi kami (undangan biasa) hanya karena kursi mereka berbungkus kain putih seperti halnya di pesta pernikahan. Sementara kursi kami tanpa pembungkus.
Seusai acara, presiden menghampiri para undangan untuk berjabat tangan. Tentu saja terjadi kerumunan yang padat, semua hendak berebut. Awalnya aku tidak tertarik untuk ikut berjubel. Namun karena mengingat amanah dari sejumlah rekan guru dan siswa SMA Negeri 3 Palopo yang berpesan untuk menyampaikan salam mereka bagi presiden, akhirnya aku berdiri dan nekat juga, apalagi memang beliau menuju ke arah tempatku duduk. Awalnya aku hanya hendak ber-selfie dari jauh dengan Pak Jokowi namun dilarang oleh Paspampres. Akhirnya aku menunggu momen yang tepat dan berhasil berjabat tangan dengan Pak Jokowi. “Kiriman salam dari Palopo, Pak!” ujarku saat itu. “Oo… Palopo,” jawab Beliau. Entah apa maksudnya dengan jawaban itu. Ah, aku tak mau ambil pusing, yang penting amanah sudah kupenuhi buat sejawat guru dan siswaku. Beberapa detik kemudian aku menjauh memberi kesempatan bagi yang lain. Lalu aku nekat, aku ber-selfie dengan Pak Jokowi di belakangku. Wow…… berhasil!
Entah berapa lama, Pak Jokowi pun berhasil keluar dari kerumunan lalu menghilang ke pintu VVIP. Akhirnya aku dan banyak peserta lainnya menuju panggung untuk berfoto bersama dan ber-selfie ria. Lalu di antara kerumunan orang, kudekatilah kursi Presiden dan kursi Mendiknas yang tentu saja memang berdampingan. Tak lama kemudian, tak sengaja aku bertemu dengan Pak Amirullah, M.Pd. di depan panggung. Lalu secara diam-diam kuperlihatkanlah dua label istimewa berlogo garuda yang kulekatkan di bagian dalam tasku. Ha… aku puas telah membalas “dendamku” padanya! Aku tahu ia terdiam dengan senyum misterius. Kemenangan telak bagiku. Maaf Pak Amirullah, agak lebay nih!
Hari itu dan kemarin, aku sempat bertemu dan berfoto dengan keluarga besarku yang juga mengikuti acara lomba. Aku bertemu dengan Tante Lia, Tante Evie, dan Adik Aan. Sayang sekali aku tidak sempat bertemu dengan Om Kadir dan Om Sidin.
Singkat cerita lagi, kami tiba di hotel saat matahari telah condong ke barat. Sore itu aku dihubungi oleh panitia agar menyiapkan nama-nama penerima 90 buah laptop. Terus terang aku sudah siapkan namun ada beberapa penyesuaian yaitu aku mengutamakan rekan guru yang berasal dari provinsi atau pulau jauh. Namun ternyata aku melakukan kekeliruan sebab dari 24 orang guru dari Sulawesi Selatan, aku hanya menjatahkan 10 laptop dan itupun untuk guru yang jauh dari Makassar dan Gowa. Walhasil, pada malam penyerahan laptop tersebut, sejumlah teman guru dari Makassar, Gowa, Pangkep, Parepare, dan Soppeng mengajukan protes kepadaku. Puluhan kali aku meminta maaf atas kesalahan yang kulakukan. Aku terdesak dan tak menyangka akan jadi kacau begitu. Namun akhirnya diputuskan bahwa laptop yang menjadi bagianku diserahkan ke F (maaf sengaja disingkat), guru dari Soppeng yang memang ngotot. Malam itu, aku gelisah dan agak susah tidur.
Namun rupanya, benarlah bahwa rezeki tak pernah tertukar. Alloh telah menentukan dan tak ada yang dapat mengubahnya. Keesokan harinya, hari terakhir, aku mendapat telepon dari Pak Husni, guru dari Soppeng. Pak Husni menyampaikan bahwa F meminta maaf atas kejadian semalam dan bermaksud untuk menyerahkan kembali laptop itu kepadaku. Aku bertemu langsung dengan Pak Husni di lantai dua, dia menjelaskan dengan lengkap mengapa F akhirnya mau menerima kenyataan bahwa ia harus menunggu kiriman laptop bagiannya sendiri. Menjelang siang, aku menuju kamar Pak Husni di lantai lima dengan pertolongan petugas hotel. Memang setiap kartu kunci kamar hanya dapat dipakai di lantai sesuai posisi kamar setiap penghuni. Jadi penghuni tidak bisa bebas menuju kamar di lantai lain. Di kamar Pak Husni yang rupanya juga menjadi kamar F, aku mengambil laptop hadiahku setelah mengobrol beberapa saat.
Hari itu, aku menikmati makan siang terakhir lalu meninggalkan hotel menuju Bandara Soekarno-Hatta. Namun karena salah mengambil metromini, aku tersesat ke terminal Kampung Rambutan. Keadaan itu tak kusia-siakan, aku naik ojek menuju Gang Mandor Hasan di mana dua orang adik kandungku dan keluarga menetap. Aku berhasil menemui Adik Diah yang tentu saja sangat terkejut, namun gagal bertemu Adik Sirun yang masih di kantor. Aku bertemu dengan beberapa anak mereka. Menjelang pukul 15.00 WIB aku naik Gojek kembali ke terminal lalu naik Damri menuju bandara.
Aku senantiasa berucap syukur, alhamdulillah. Tak lupa kuucapkan terima kasih buat seluruh pendukungku (he eh, kayak pilkada saja). Juga beribu maaf dan berjuta terima kasih buat sejawat guru dari Sulawesi Selatan yang belum saatnya menerima laptop secara langsung atas kebesaran hati dan segala pengertiannya. Terima kasih but Pak Husni. Terima kasih banyak buat Pak Rubiman atas segala arahan dan saran serta pengalaman yang dibaginya. He-eh, terima kasih juga atas bajunya yang tertinggal, padahal sudah kuingatkan untuk periksa lemari pakaian saat masih di kamar hotel. Terima kasih buat semuanya, mari tetap semangat. (Jidint) 

Mujahidin Agus, S.Pd.,M.Si.,M.Pd.
Guru geografi SMAN 3 Palopo









Wednesday, November 11, 2015

TEACHER SUPERCAMP 2015

GURU MENULIS ANTIKORUPSI
Catatan Kecil dari KPK Teacher SuperCamp 2015


Salah satu peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah sebagai lembaga yang ditugaskan untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 30/2002 Pasal 6 huruf (d). Upaya yang dilakukan KPK untuk menjalankan tugas tersebut antara lain melalui kerjasama dengan para pendidik melalui penulisan literatur antikorupsi.

Pada tanggal 2 – 6 November 2015 lalu, KPK menyelenggarakan pelatihan berupa Teacher SuperCamp dengan tema Guru Menulis Antikorupsi. Peserta pelatihan sebanyak 25 orang guru yang berasal dari seluruh Indonesia. Peserta terpilih setelah melalui seleksi naskah berupa cerpen, puisi, essai, naskah drama, dan komik yang dilakukan oleh tim juri profesional yang independen. Setiap kategori naskah dipilih masing-masing lima orang guru yang dilatih untuk menghasilkan karya terbaik yang akan diterbitkan oleh KPK sebagai salah satu upaya untuk memperkaya literatur antikorupsi. Penulis yang termasuk peserta dalam kelompok cerpen adalah satu-satunya peserta dari Provinsi Sulawesi Selatan. Semua biaya transportasi dan akomodasi ditanggung oleh panitia yang ditangani oleh ProVisi Education. Para peserta dibekali dengan sejumlah buku material, kaos seragam, jaket seragam, dan cindera mata.

Pada hari pertama, para peserta disambut dengan hangat di ruang Konferensi Pers di Kantor Pusat KPK. Acara pembukaan diisi dengan Seminar bertema “Membangun Generasi Jujur dan Berkarakter Melalui Literasi Antikorupsi.” Para pembicara adalah Adnan Pandu Praja (Pimpinan KPK) dan Taufik Hanafi (Staf Ahli Kemendikbud). Turut juga memberikan ulasan dan catatan adalah Gol A Gong (penulis/mentor) dan Dewi Utama Faiza (Koordinator Tim Literasi Kemendikbud). Seusai seminar dan pelepasan maka para peserta diantar menuju Lembang - Jawa Barat yang menjadi lokasi Teacher Supercamp. Tentu saja foto bersama menjadi acara penting sebelum keberangkatan ke Lembang. Perjalanan lebih dari empat jam tidak terasa sebab para peserta sangat bersemangat. Para peserta mengikuti kegiatan di SanGria Resort & Spa. Setiap peserta kembali mendapat cindera mata berupa alat komunikasi cerdas dari merek terkenal dengan layar 7 inci sebelum menuju kamar masing-masing.

Pada hari kedua, peserta mendapat materi tentang lebih dekat dengan KPK dan pengenalan tentang kegiatan komunitas Saya Perempuan AntiKorupsi (SPAK) Bandung. SPAK mengenalkan dan melatih peserta empat jenis papan permainan tentang antikorupsi. Selanjutnya SPAK memberikan kepada semua peserta dua dari empat jenis permainan tersebut untuk dijadikan bahan sosialisasi di sekolah masing-masing.

Pada sesi berikutnya, Ahmad Fuadi, penulis buku terlaris “Negeri Lima Menara” tampil berbagi pengalaman. Materi yang dibawakan adalah Pentingnya Menulis bagi Seseorang yang Mendidik Anak Bangsa dan materi tentang Proses Menulis. Selanjutnya penulis buku “Dilan”, Pidi Baiq dari The Panas Dalam Institute membawakan materi Menulis Cerita yang Baik bagi Remaja. Berikutnya adalah penyajian materi tentang Kurikulum untuk Kehidupan Berbasis Literasi yang dibawakan oleh Zulfikri Anas dari Kemendikbud. Acara ditutup pada pukul 22.00 WIB setelah mengikuti sesi terakhir Pendampingan dan Diskusi dengan para mentor. Gol A Gong, seorang penulis novel berjumlah 125 buah dan pendiri Rumah Dunia menjadi mentor kelompok cerpen dan essai. Iman Soleh, seorang penyair hebat dan pendiri Celah-Celah Langit menjadi mentor kelompok puisi dan drama. Sementara Beng Rahadian, seorang komikus handal menjadi mentor kelompok komik.

Pada hari ketiga, peserta memulai kegiatan dengan permainan antikorupsi yang dipimpin oleh tim KPK. Selanjutnya, peserta mengikuti penyajian materi dan pembimbingan sesuai dengan kelompok masing-masing di tempat berbeda. Pada sesi ini setiap mentor melakukan pembimbingan khusus untuk melatih peserta menghasilkan karya terbaik yang akan diserahkan kepada KPK. Sesi ini seharusnya berakhir pada pukul 22.00 WIB, namun kenyataannya banyak peserta masih melanjutkan tugas hingga satu jam kemudian.

Pada hari keempat, kegiatan kembali diawali dengan permainan antikorupsi dan olah tubuh yang dibimbing oleh Iman Soleh. Kemudian peserta kembali mendapat pembimbingan dan revisi serta umpan balik karya yang telah dihasilkan. Setiap karya dibahas dengan detail dan dikoreksi untuk menyempurnakan hasil para peserta. Sesi ini seharusnya berakhir 15.30 WIB namun sejumlah peserta masih berjuang menyelesaikan naskahnya hingga hampir pukul 20.00 WIB. Selanjutnya menjelang pukul 21.00 WIB, para peserta diberangkatkan ke sanggar/garasi Celah-Celah Langit miliki Iman Soleh. Pada acara tersebut, setiap kelompok tampil mempresentasikan karya terpilihnya di hadapan publik/penonton. Selanjutnya para peserta dihibur oleh penampilan drama karya WS Rendra oleh anak-anak binaan Celah-Celah Langit. Menjelang tengah malam, para peserta kembali ke SanGria Resort & Spa.

Hari terakhir, kegiatan diawali dengan out bond berupa fun games dari SanGria Team. Setiap kelompok bersaing untuk menang dalam berbagai perlombaan unik, menarik, dan menyenangkan. Selanjutnya acara penutupan dilakukan oleh pimpinan KPK lalu diikuti dengan foto bersama dan pembagian sertifikat. Perjalanan dari Lembang menuju Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta dimulai seusai sholat Jum’at.

Pelajaran yang penulis peroleh setelah mengikuti kegiatan tersebut antara lain adalah:
  • Guru merupakan teladan bagi siswa, keluarga, dan masyarakat. Pembelajaran antikorupsi hendaknya dimulai dari rumah dan sekolah sedini mungkin dengan menumbuhkan karakter jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, mandiri, sederhana, berani, adil, dan peduli.
  • Pencegahan tindak pidana korupsi bukan tugas KPK semata namun juga menjadi tugas guru. Pengembangan literasi antikorupsi dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai karya seperti cerpen, puisi, drama, essai, dan komik.
  • Menulis bukanlah pekerjaan yang sulit bagi guru yang mau memulainya, maka mulailah menulis dari hal-hal kecil.
  • Dengan menulis kita dapat mewujudkan apa yang dicita-citakan, maka tumbuhkanlah semangat untuk menulis.
  • Kerjasama sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan: Rakyat bersatu, tak bisa terkalahkan!


Mujahidin Agus

Guru geografi SMAN 3 Palopo




Saturday, September 26, 2015

Sekadar cari peluang BERBAGI

PEMBUATAN GAMBAR BERGERAK (ANIMASI)
BERBASIS APLIKASI POWERPOINT SEBAGAI MEDIA KREATIF DAN MENARIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

A.   Latar Belakang Topik Pembelajaran
Kemajuan serta perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat pesat. Semua aspek kehidupan telah tersentuh dan hampir-hampir tak terpisahkan dengan TIK sehingga setiap orang dituntut untuk

Thursday, September 24, 2015

BELAJAR LAGI! DO IT OURSELVES! Animation in PowerPoint

Pembuatan Media Presentasi Berbasis PowerPoint dengan Optimalisasi Fasilitas Animasi dan Camtasia
Pembuatan media pembelajaran berbasis PowerPoint dengan memanfaatkan fasilitas animasi dan Camtasia terlebih dahulu dilakukan dengan memilih materi ajar yang dapat dibuatkan gambar bergeraknya (animasi). Oleh karena

Saturday, May 9, 2015

Tulisan siswa tentang pengalaman pertama Praktik Lapang Geografi

“BERSAMA SENJA MENAPAKI TANAH ANDULAN”

Ketika jarum jam terpisah jauh, selatan dan utara...
Pukul 06.00, dengan baju hijau muda polos, rompi hitam dengan kancing di tengahnya, celana kain berwarna warni, sneaker biru, beanie coklat, tak lupa sling bag coklat tempat cemilan bersemayam.
Style yang akan membawaku mengukir pengalaman baru