Friday, April 20, 2018

ZAMAN JANGAN MENGIKIS BUDI PEKERTI

Setiap masyarakat memiliki kebudayaan. Oleh karena kebudayaan terdiri dari beragam unsur maka kebudayaan dapat dipandang sebagai suatu sistem. Kebudayaan dengan unsur-unsurnya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam memberikan ciri khas tertentu. Salah satu unsur budaya adalah aturan atau norma dan nilai baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis. Norma dan nilai tersebut menjadi unsur kebudayaan yang universal, terdapat dalam setiap masyarakat. Hal itu pula yang dapat mencerminkan jati diri masyarakat tersebut.
Salah satu sistem norma yang terdapat dalam masyarakat manapun di Indonesia adalah kesopanan. Melalui norma kesopanan, perilaku setiap anggota masyarakat diatur dan dijalankan sehingga hubungan sosial antaranggota dapat berlangsung dengan baik. Pada masyarakat yang masih konservatif, norma kesopanan dijalankan dengan sangat ketat. Setiap warga menaati norma tersebut dengan tertib dan disiplin. Sanksi atas pelanggaran norma juga dijalankan dengan ketat sehingga tingkat pelanggaran menjadi rendah.
Sebaliknya, pada masyarakat yang lebih modern, pemberlakuan norma kesopanan mulai terkikis sedikit demi sedikit. Banyak anggota masyarakat tidak lagi mengindahkan norma itu dalam kegiatannya sehari-hari. Atau setidaknya, perilaku mereka tidak sepenuhnya mematuhi norma yang seharusnya berlaku. Mungkin banyak orang modern memandang bahwa norma kesopanan tidak terlalu penting. Akibatnya mereka tidak memperdulikan bagaimana sikap dan tingkah lakunya dalam bergaul dan bersosialisasi di tengah masyarakat.
Aturan lain yang mengatur suatu masyarakat adalah sistem nilai, di antaranya kejujuran. Nilai kejujuran menjadi salah satu hal pokok yang membentuk kepribadian seseorang. Kejujuran dapat melandasi perilaku lain seperti disiplin dan bekerja keras. Seseorang akan melaksanakan tugas dengan disiplin dan kerja keras jika hatinya penuh diwarnai kejujuran, demi memeroleh hasil yang berberkah. Demikian pula siswa, mereka akan belajar dengan disiplin dan sungguh-sungguh demi memeroleh hasil dan prestasi yang membawa berkah. Oleh sebab itu, nilai kejujuran harus ditanamkan sejak dini kepada setiap siswa.
Masalahnya, saat ini terjadi penurunan ketaatan siswa dalam menjalankan norma kesopanan dan nilai kejujuran. Sejatinya, pergaulan di sekolah seharusnya tetap mengindahkan sopan santun dan kejujuran yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, siswa sebagai warga sekolah dan juga masyarakat wajib taat dan menjalankan norma tersebut. Terlebih lagi karena sikap dan perilaku yang taat pada norma kesopanan dan kejujuran menjadi cerminan keberhasilan pendidikan. Hal ini berkaitan dengan tujuan pendidikan untuk menciptakan manusia Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti luhur. Apabila siswa belum memiliki budi pekerti luhur dan kejujuran tinggi maka dapat dinyatakan bahwa pendidikan belumlah berhasil.
Akan tetapi dalam kenyataan saat ini, tidak sedikit siswa yang melanggar norma kesopanan, baik di sekolah maupun di tempat lain. Sopan santun yang seringkali dilanggar antara lain adalah berjalan seenaknya tanpa minta tabe’ (tabik) atau pamit di hadapan orang tua maupun guru. Seringkali juga siswa terlihat duduk di atas meja dengan kaki di atas kursi, atau duduk di kursi dan kaki juga di kursi. Selain itu, dalam bercakap banyak siswa yang tidak lagi berbahasa halus terutama kepada teman sendiri. Bahasa kasar yang umum diucapkan oleh kebanyakan siswa di Palopo seperti penggunaan kata sapaan “ko” yang seharusnya “ki”, kata “mu” seharusnya “ta”, dan kata sapaan “baga” yang berarti tolol.
Demikian pula nilai kejujuran, banyak siswa yang tidak menjalankannya dengan ketat. Hal ini sangat mudah terlihat saat pelaksanaan ulangan harian, ulangan semester, bahkan ujian akhir. Siswa menyontek menjadi hal umum padahal ini dapat menjadi cikal bakal tindakan koruptif. Meskipun di bawah pengawasan ketat, ada saja cara siswa untuk menyontek. Terlebih lagi dengan maraknya penggunaan telepon canggih, cara menyontek pun semakin beragam. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dunia pendidikan. Pengawasan ketat dan sanksi pada dasarnya bukanlah solusi yang baik. Pembiasaan dan pembudayaan nilai kejujuran seharusnya ditumbuhkan dan bukan dipaksakan. Maka dari itu, penanaman dan pembudayaan nilai kejujuran harus menjadi prioritas utama.
Banyak hal yang dapat dinyatakan sebagai penyebab menurunnya ketaatan siswa dalam bersopan santun dan berperilaku jujur. Berkembangnya teknologi informasi dapat dijadikan faktor utama yang memengaruhi siswa, sebab tidak sedikit informasi dan tayangan teve serta internet yang memaparkan ketidaksopanan dan ketidakjujuran secara terbuka. Faktor ini memicu pula berkembangnya sikap individualis karena mencontoh budaya yang katanya modern. Akibatnya siswa bersikap semaunya karena merasa punya hak individu yang tidak boleh diganggu. Tentu saja ini pernyataan yang salah sebab manusia adalah makhluk sosial, semua sikap, ucapan, dan tindakan seseorang pasti berdampak pada orang lain.
Hal lain yang dapat ditemukenali sebagai penyebab menurunnya kesopanan dan kejujuran siswa adalah ketiadaan teladan, khususnya di rumah. Orang tua adalah pemberi teladan yang paling tepat bagi anaknya. Apabila orang tua memberi teladan yang baik maka anaknya akan berperilaku baik pula. Sayangnya, saat ini tidak sedikit orang tua terlalu sibuk dengan aktivitasnya sendiri sehingga kurang memerhatikan kebutuhan anaknya akan teladan yang baik dalam bersikap, bertutur, dan bertindak. Keteladanan juga menjadi tanggung jawab guru dan tenaga kependidikan di sekolah. Setiap mereka hendaknya memberikan teladan yang baik sebab siswa akan langsung melihat dan mencontoh. Akan tetapi, tidak jarang guru bersikap, bertutur, dan bertindak yang tidak tepat sehingga menjadi contoh yang kurang baik. Misalnya, mungkin ada oknum guru tidak menyadari ketika mengajar sambil duduk di atas mejanya. Atau ketika lewat di hadapan guru lain apalagi di depan siswa tidak meminta pamit atau tabe’ terlebih dahulu. Bahkan ada saja oknum yang mengucapkan kata-kata yang kurang sopan – seperti dituliskan di atas – dalam bercakap. Begitu pula jika seorang guru bertindak tidak adil, akan memicu siswa menjadi tidak jujur. Misalnya, terjadi pembiaran bila siswa menyontek dan tidak diberi sanksi secara adil oleh guru. Hal ini dapat membuat siswa yang sebelumnya jujur dapat terpicu untuk berbuat tidak jujur pula. Semua itu tentu saja akan memengaruhi kepribadian siswa.
Selanjutnya, faktor lingkungan tidak bisa diabaikan dalam pembentukan watak dan kepribadian anak. Betapapun baiknya orang tua memberikan teladan tetapi jika lingkungan pergaulan anak tidak mendukung maka keteladanan itu akan terkikis. Apabila lingkungan pergaulan kurang bagus – karena tidak semua anak bersopan santun dan jujur – maka secara perlahan akan memengaruhi kepribadian anak lainnya.
Terkikisnya norma kesopanan dan nilai kejujuran di sekolah bukanlah hal sepele, tidak boleh dibiarkan terjadi. Sebab sikap, ucapan, dan tindakan seseorang mencerminkan pribadinya. Bahkan seringkali aspek tersebut menjadi unsur penilaian terhadap keberhasilan orang tua dan sekolah dalam mendidik. Sehingga jika seorang siswa berperilaku sopan, bertutur santun, dan bertindak kebajikan maka orang akan menanyakan siapa orang tuanya atau di mana sekolahnya. Namun demikian pula sebaliknya, apabila seorang siswa bertindak kasar, bertutur tidak sopan, dan melanggar peraturan maka orang tua dan sekolahnya pulalah yang dinilai jelek dan gagal.
Walaupun agaknya tampak sepele, tetapi terkikisnya norma kesopanan dan nilai kejujuran di lingkungan sekolah perlu untuk menjadi keprihatinan bersama. Betapa tidak, pada saatnya nanti mereka akan menjadi penggerak utama pembangunan nasional. Mereka akan menjadi pemimpin yang harus dapat diteladani semua aspek kehidupannya. Maka keberhasilan pembangunan nasional akan ditentukan bagaimana mereka menerapkan norma kesopanan dan nilai kejujuran dalam masyarakat.
Para pejuang dan pendiri bangsa tidak menginginkan pembangunan fisik bergerak melaju tetapi moral masyarakat hancur. Impian dan cita-cita mereka adalah negara Indonesia menjadi negara maju dengan mengedepankan norma dan nilai luhur sebagai kebudayaan dan jati diri bangsa. Zaman jangan sampai mengikis budi pekerti sebagai bukti kesuksesan dalam menguatkan pendidikan dan keberhasilan memajukan kebudayaan.
Oleh sebab itu, solusi yang harus dijalankan untuk mengatasi terkikisnya budi pekerti adalah memajukan pendidikan yang menjunjung tinggi norma dan nilai luhur dalam masyarakat. Orang tua, guru, masyarakat, tokoh agama, dan pemerintah harus bergandeng tangan membentuk budi pekerti luhur setiap anak sedini mungkin. Semua pihak harus memberi teladan yang baik sesuai jati diri bangsa. (Jidint/16042018).

Tuesday, April 17, 2018

Sebaiknya Anda tahu ini sebelum berkunjung ke Beijing - China

Berkunjung ke Beijing mungkin menjadi salah satu impian seseorang. Betapa tidak, kota besar yang megah dan indah dapat menjadi salah satu titik awal untuk tujuan utama, salah satu keajaiban dunia yaitu Tembok Raksasa China. Tujuan utama lainnya adalah Lapangan Tian'anmen dan Kota Terlarang di pusat kota Beijing, Istana Musim Panas dan Kuil Surga. Bila Anda seorang muslim/muslimah, jangan lupa berkunjung ke Masjid Tertua "Niujie" yang dibangun tahun 996. Bandingkan dengan Masjid Jami' di Palopo - Sulawesi Selatan yang dibangun tahun 1604.
Beberapa hal yang mungkin sangat perlu diperhatikan sebelum Anda berkunjung ke Beijing, yaitu:

1. Atur jadwal, apakah Anda ingin berkunjung pada musim dingin atau musim semi.

2. Siapkan pakaian yang sesuai. Misalnya pada bulan April, meskipun telah memasuki musim semi tetapi suhu udara masih sangat dingin untuk ukuran Indonesia. Pada pagi hari suhu bisa kurang dari 13 derajat dan pada siang hari hanya sekitar 23 - 26 derajat celcius.

3. Bawalah madu secukupnya (kurang dari 200 ml sebab bila lebih boleh jadi tidak diizinkan untuk dibawa ke pesawat). Madu berfungsi untuk melembabkan bibir apabila terkena perubahan suhu yang ekstrim sebab bibir dapat menjadi pecah-pecah. Menurut pengalaman pribadi, pelembab bibir kurang efektif untuk tujuan ini, apalagi jika Anda seorang cowok tulen.

4. Belilah kartu telepon khusus yang biasanya ditawarkan oleh pemandu untuk melakukan hubungan telepon selama Anda berada di Beijing. Anda harus memiliki nomor telepon pemandu Anda.

5. Bawalah selalu air putih dalam botol. Selain untuk diminum, air ini juga dapat dipakai untuk mencuci diri setelah buang air kecil. Toilet yang tersedia (termasuk di bandara dan restoran) umumnya tidak menyediakan air untuk membasuh. Toilet akan tersiram secara otomatis ketika Anda meninggalkan tempat Anda berdiri. Ini untuk toilet COWOK. Untuk toilet CEWEK, maaf saya tidak tahu. Tapi ada persamaannya, yaitu sama-sama bau pesing yang menyengat (maaf).

6. Jika Anda seorang muslim/muslimah, yakinkan Anda menemukan restoran halal dengan menggunakan aplikasi canggih Anda. Mungkin ini agak sulit sebab restoran halal sangat jarang.

7. Sebaiknya bawalah sambal dan atau abon (daging maupun ikan) untuk konsumsi pribadi. Ini sangat berguna bila Anda terpaksa makan di restoran umum. Bila mungkin, mintalah agen perjalanan Anda untuk memastikan ketersediaan makanan halal selama kunjungan Anda.

8. Bila Anda menginap di hotel, berhati-hatilah memilih makanan saat sarapan. Bacalah label makanan atau tanyakanlah kepada pelayan jenis makanan yang disediakan. Biasanya daging sapi diletakkan berdampingan dengan daging tidak halal, begitu pula nasi goreng dengan daging sapi diletakkan di samping nasi goreng yang lainnya. Bila Anda kurang yakin, pilihlah makanan yang relatif tidak meragukan, misalnya pisang/ubi jalar/kentang dan telur rebus. Atau boleh juga memilih roti dan sereal serta salad dan buah segar.

9. Sediakan selalu dan rajinlah mengonsumsi multivitamin untuk menjaga kebugaran Anda sebab mungkin selama kunjungan Anda tidak menikmati makanan seperti biasanya sehingga asupan gizi menjadi kurang seimbang.

10. Jika Anda hendak berbelanja souvenir, jangan terburu-buru menawar. Usahakan membandingkan satu toko/penjual dengan lainnya. Bila Anda berombongan, ada baiknya kalau Anda berjalan saling berpisah dan masing-masing mengunjungi penjual berbeda lalu bandingkanlah satu sama lainnya. Saat Anda menawar barang, jangan terpaku pada harga yang terpasang. Tawarlah dengan harga terendah, misalnya maksimal seper sepuluhnya. Bila terpaksa membeli, jangan dalam jumlah banyak sebelum memastikan bahwa Anda mendapatkan harga termurah. Sebagai contoh, seorang teman saya membeli lukisan dinding seharga 75 Yuan (sekitar Rp 150.000) padahal teman lain mendapatkan harga 20 Yuan dengan ukuran lukisan yang lebih besar. Contoh lain, saya membeli jam tangan murah seharga 20 Yuan padahal label penawarannya 250 Yuan (hahahahaaaa..... jauh kan?) Untuk souvenir kecil seperti gantungan kunci (tergantung mutu) harga bervariasi, tapi jangan lebih dari 2 Yuan per buah, tawarlah misalnya 1,5 Yuan atau 1,3 Yuan saja.

11. Apabila Anda berombongan (menggunakan bis), Anda akan sering bertemu penjual souvenir (termasuk baju kaos, syal, kerudung, dll) yang mungkin orangnya sama. Ada baiknya Anda berbelanja di hari-hari terakhir kunjungan sebab harga akan jatuh sangat murah (agaknya mereka tahu kalau kita akan segera pulang). Periksalah satu persatu belanjaan Anda. Contoh kasus, seorang teman saya membeli kerudung seharga 45 Yuan (berisi 10 lembar, tapi ukuran kecil) sementara teman lain membeli di hari terakhir seharga 20 Yuan berisi 10 lembar ukuran yang lebih besar. Jangan heran jika mereka menggunakan bahasa Indonesia saat menawarkan jualannya.

12. Harga barang di lokasi-lokasi spesial seperti di Tembok China memang lebih mahal, tetapi momen tersebut sebandinglah dengan harga yang harus dibayar. Biasanya di tempat seperti ini harga barang tidak dapat ditawar.

13. Saat berkunjung di Tian'anmen dan Kota Terlarang serta Istana Musim Panas, sebaiknya Anda jangan terpisah dengan rombongan sebab wisatawan sangat berjubel. Perhatikan selalu bendera kecil sebagai tanda rombongan Anda yang dibawa oleh pemandu. Jangan lupa diri (eh maaf) jika berswafoto ria hingga Anda terpisah dari rombongan.

14. Pastikan baterai telepon Anda selalu terisi, bawalah power bank bila dibutuhkan. Mungkin Anda akan merasa sangat rugi jika tidak dapat mengabadikan keberadaan Anda di sana.

15. Semua lokasi wisata yang dikunjungi sangat terjaga kebersihannya, jagalah agar Anda tidak membuang sampah sembarangan ('kan malu-maluin kalau jauh-jauh dari Indonesia terus membuang sampah sembarangan, heheheee....).

16. Jangan terlalu asyik berbelanja sehingga bagasi Anda akan berlebih, sesuaikan dengan berat bagasi yang diizinkan. Kecuali Anda telah siap dengan risiko over bagasi.

17. Selamat berkunjung, semoga menyenangkan. Semoga informasi ini bermanfaat.

Mohon maaf jika ada kekeliruan, pasalnya ini kunjungan saya yang pertama kalinya, itupun bulan April 2017 lalu (hmmmm...). 
Kunjungan saya bersama rombongan adalah hadiah dari pemerintah atas prestasi yang telah diukir oleh semua peserta. Terima kasih banyak kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.










Tuesday, April 10, 2018